KUALITAS AIR DANAU UI DAN UPAYA PENINGKATAN KUALITASNYA
KUALITAS AIR DANAU UI DAN UPAYA PENINGKATAN KUALITASNYA
Setiap tanggal 22 Maret ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Air Sedunia dengan tema yang berbeda untuk memperhatikan & fokus akan pentingnya air bersih serta mengadvokasikan sumber daya air yang berkelanjutan. Pada tahun 2019, tema yang diangkat adalah “Leaving No One Behind” karena melihat masih terdapat beberapa kalangan yang terdiskriminasi dan terabaikan untuk mengakses air bersih (UN Water, 2019). Hal ini berhubungan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan No.6 mengenai Air Bersih dan Sanitasi Layak yang harus dijamin aksesnya bagi seluruh elemen masyarakat. Sayangnya, saat ini akses air bersih cukup sulit karena terjadinya berbagai pencemaran air dari sisa kegiatan manusia yaitu sampah. Padahal air bersih merupakan salah satu hak asasi manusia yang mana setiap orang harus memiliki akses atas air yang mencukupi, aman, terjangkau secara fisik dan finansial (Komnas HAM, 2009).
Air merupakan salah satu komponen terpenting bagi keberlangsungan mahkluk hidup tak terkecuali manusia yang 45-75% tubuhnya terdiri dari air (Riebl dan Davy, 2013). Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari serta kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes RI, 1990). Sumber air bersih dapat diperoleh dari air hujan, tanah maupun permukaan seperti laut, sungai, rawa dan danau. Kualitas sumber air bersih yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan aksesibilitas air untuk digunakan serta secara tidak langsung berdampak pada kondisi kelayakan sanitasi. Kualitas air untuk memasok air tanah tentunya sangat dipengaruhi oleh kualitas air permukaan sebagai sumbernya (Setyo, Bambang, dan El, 2013). Jika kondisi kualitas air permukaan mempunyai kualitas air yang baik, maka tidak akan ada masalah (Setyo, Bambang, dan El, 2013). Namun jika kualitas airnya buruk, maka nantinya dapat menimbulkan masalah karena proses purifikasi air di akuifer akan lebih lama dibandingkan dengan di permukaan tanah (Setyo, Bambang, dan El, 2013). Air bersih dan sanitasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat (Ganoulis, 2009).
Universitas Indonesia (UI) memiliki enam danau yang disebut dengan istilah 'KAMPUS'. Istilah tersebut merupakan singkatan dari nama masing-masing danau tersebut yang diambil dari nama-nama pohon di UI, yaitu Kenanga, Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin, dan Salam. Keenam danau UI tersebut dibangun secara bertahap sejak tahun 1983 dengan luas 227.000 meter persegi yang memiliki potensi sebagai daerah resapan air, penampung air menangkal banjir, konservasi sumber daya air, sarana penyerapan karbon, rekreasi, dan sebagainya (Suwartha, 2017). Keenam danau UI tersebut terangkai satu sama lain sehingga dapat membentuk suatu jaringan ekosistem air yang dapat berpotensial tinggi sebagai daerah penyangga konservasi air tanah, baik bagi Kota Depok maupun untuk Kota Jakarta (Setyo, Bambang, dan el, 2013).
Gambar 2. Peta letak danau ‘KAMPUS’ UI (Sumber : Sutjiningsih dan Anggraheni, 2011)
Selain
itu, keenam danau UI juga saling berintegrasi mulai dari danau Kenanga yang
saluran masuknya berasal dari aliran anak sungai Ciliwung (sebelah stasiun
Pondok Cina) yang kemudian menuju danau Mahoni - Puspa - Ulin - Salam secara
berurutan. Kemudian, saluran masuk kedua dari aliran kali di Beji yang kemudian
mengalir ke danau Aghatis - Mahoni - Puspa - Ulin - Salam. Kedua jalur
pengairan tersebut berujung pada saluran keluar menuju sungai Ciliwung di
Jakarta. Situasi tersebut menunjukan bahwa danau UI merupakan salah satu faktor
penentu dalam kualitas penyediaan air bersih di kota Jakarta dan Depok.
Gambar 3. Sistem saluran masuk danau ‘KAMPUS’ UI (Sumber : Sutjiningsih dan Anggraheni, 2011)
Danau UI memiliki kemampuan untuk melakukan penjernihan alami (self-purification). Proses penjernihan alami ini merupakan peristiwa disaat suatu badan air mempertahankan kondisinya untuk tetap jernih dari faktor pencemar melalui proses kimia-fisik-biologi (Ostroumov, 2004). Tidak jarang danau UI mendapatkan komentar seperti baunya aroma danau yang kurang sedap, padahal aroma yang kurang sedap disebabkan oleh proses penjernihan alami dari danau secara wajar. Namun, kemampuan Danau UI melakukan proses tersebut dipengaruhi oleh berbagai komponen organik maupun anorganik yang masuk ke badan air. Apabila komponen organik ataupun anorganik yang masuk melebihi dari baku mutu pencemar, maka bau yang terjadi bukanlah hal wajar dan biasanya diikuti oleh permukaan danau yang tertutupi oleh alga (blooming). Adanya peningkatan suhu di perairan dapat menimbulkan adanya aktivitas metabolisme alga. Oleh sebab itu, reproduksi dan aktivitas pembelahan selnya pun akan berlangsung dengan lebih cepat. Maka dari itu, tak heran jika pada saat musim kemarau permukaan keenam danau UI tersebut terlihat lebih hijau tidak seperti biasanya.
Tabel 1. Kualitas Air Danau
‘KAMPUS’ UI Tahun 2011
No |
Lokasi |
Parameter
Kualitas Air (mg/L) |
|||
BOD |
COD |
Amonium |
Fosfat |
||
1 |
Kenanga, inlet |
1,35 |
108 |
2,67 |
22,97 |
2 |
Kenanga,
outlet |
0,58 |
38,4 |
2,21 |
18,74 |
3 |
Agathis, inlet |
1,25 |
116 |
6 |
24,84 |
4 |
Agatis,
outlet |
0,71 |
81,6 |
4 |
20,86 |
5 |
Mahoni, inlet |
1,12 |
216 |
13 |
23,02 |
6 |
Mahoni,
outlet |
2,97 |
51,2 |
4 |
17,14 |
7 |
Puspa, inlet |
1,6 |
117,6 |
3 |
23,82 |
8 |
Ulin,
outlet/Salam, inlet |
1,5 |
93,6 |
2,35 |
26,57 |
(Sumber : Sutjiningsih dan Anggraheni, 2011)
Berdasarkan tabel diatas, kualitas air keenam danau UI ini terbilang cukup baik. Namun, hal tersebut tidak memungkiri adanya penyebab yang membuat kualitas air keenam danau UI tersebut akan menurun. Hal tersebut dikarenakan aliran masuk danau UI yang berasal dari sungai dan kali pemukiman warga sekitar kampus mempengaruhi senyawa organik serta anorganik karena limbah cair domestik ataupun padat seperti sampah plastik. Tahun 2011, kadar oksigen yang dibutuhkan untuk proses penguraian atau biasa disebut Chemical Oxygen Demand (COD) dan fosfat (Tabel 1) di danau UI menunjukkan angka yang masih cukup tinggi untuk kriteria air kelas 2 (PP No. 82 tahun 2001; Sutjiningsih dan Anggraheni, 2011). Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak senyawaan anorganik yang masuk ke badan air danau secara berlebihan. Apabila hal ini terjadi secara berkelanjutan tanpa adanya pengendalian, maka dapat mempengaruhi kualitas serta kuantitas air tanah bagi masyarakat sekitar UI maupun DAS Ciliwung.
Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa UI
dan juga masyarakat sekitar perlu melakukan tindakan untuk mencegah penurunan
kualitas serta kuantitas air. Tindakan tersebut bisa dilakukan dengan cara :
1.
Tidak membuang
sampah sembarangan, terutama langsung ke selokan atau perairan.
2.
Bertanggung jawab
atas setiap sampah yang dihasilkan dengan bijak memilah sampah sesuai kategori
umumnya.
3.
Membuat biopori
untuk membantu meningkatkan kualitas air tanah yang bisa diperoleh dari resapan
biopori tersebut.
4.
Memperluas
aktivitas ataupun gerakan-gerakan untuk melakukan penghijauan.
5.
Memberikan
kesadaran kepada sesama mahasiswa ataupun masyarakat tentang pentingnya menjaga
lingkungan hidup.
Hal-hal kecil tersebut mampu memberi
dampak yang besar jika dilakukan secara kolektif terhadap konservasi sumber
daya air. Semua hal dimulai dari masing - masing pribadi apakah berkenan untuk
melestarikan air bersih yang kini kian menipis. Maka dari itu, mari kita
bersama-sama menjamin kualitas air demi terjaminnya hak atas air bersih bagi
seluruh masyarakat karena semua berawal dari aku, kamu dan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Ganoulis J. Risk analysis of water
pollution. Weinheim: Wiley-VCH; 2009.
Komnas HAM. 2009. Komentar Umum Kovenan Internasional Hak Sipil dan
Politik Kovenan Internasional Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Komnas HAM,
Jakarta. Tersedia di:
https://www.komnasham.go.id/files/1480577941-komentar-umum-kovenan-hak-sipil-$XHHPA.pdf
Oustroumov, S. 2004. The theory of the hydrobiological mechanism of water
self-purification in water bodies: from theory to practice, Shahrekord, Iran. Abstracts
of Proceedings of the 4th International Iran and Russia Conference in
Agriculture and Natural Resources. pp 1251-1253.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2001. Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 14 Desember 2001. Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2001 Nomor 153. Jakarta
Riebl, S. K., & Davy, B. M. 2013. The Hydration Equation: Update on
Water Balance and Cognitive Performance. ACSM's health & fitness journal,
17(6), 21-28.
Sutjiningsih, D dan Anggraheni, E. 2011. Effectiveness of Stormwater
Ponds as Water Quality Management System Elements Case Study: Situ KAMPUS-UI
System, Depok, West Java, Indonesia. Proceeding of the 12th International
Conference on QiR (Quality in Research), Bali, Indonesia, pp. 2308-2314
Suwartha N. UI Lakes: Potential and Challenges. 2017. Tersedia di:
http://ggi.dcp.ufl.edu/_library/files/Presentation%20Day%201/UI%20Lakes-%20Potential%20and%20Challenges.pdf
UN
Water. World Water Day 2019: Water for All. 2019. Tersedia di: https://www.worldwaterday.org
Novita
A. Blooming Alga : Pengertian, Dampak,
dan Cara Penvegahannya. 2019. Tersedia di: https://foresteract.com/blooming-alga/
Supriyadi,
Setyo., Setiadi, Bambang., Nazech, El Kobar. 2013. Analisis Kualitas Air di Hulu dan Hilir Waduk Resapan Kampus
Universitas Indonesia. Universitas Indonesia. Depok
Isnaini,
Agus. 2011. Penilaian Kualitas Air dan
Kajian Potensi Situ Alam Sebagai Wisata Air di Uiversitas Indonesia, Depok.
Universitas Indonesia. Depok
Komentar
Posting Komentar