Vegetasi di Sepanjang Sungai Ciliwung Dapat Mengurangi Resiko Terjadinya Banjir Ibukota?

Penulis: Noni Ayu Sarasati (1806186244)

            Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi bencana. Salah satu fenomena alam yang menimbulkan bencana dan sering terjadi di Indonesia adalah Banjir. Banjir merupakan permasalahan yang sering terjadi di daerah Ibukota setiap tahunnya. Di tahun 2020 luas area DKI Jakarta yang tergenang banjir mencapai 156 km persegi dengan jumlah RW tergenang sebanyak 390 dan wilayah terdampak banjir paling parah terdapat di Jakarta Timur yaitu sebanyak 25 kelurahan. Banjir memiliki dampak yang cukup signifikan dalam banyak sektor seperti ekonomi, sosial, pendidikan, Kesehatan, hingga kematian. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) DKI Jakarta, tercatat sebanyak 36. 445 jiwa yang mengungsi akibat banjir dan lokasi pengungsian tersebut tersebar pada 269 titik di DKI Jakarta dengan korban jiwa meninggal hingga 19 orang. Banjir tersebut diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi serta luapan sungai. Terdapat dua jenis faktor yang dapat menyebabkan banjir, yaitu faktor alam seperti curah hujan, erosi dan sendimentasi, topografi dan geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai, penurunan tanah, kerusakan bagunan pengendali banjir, dan sebagainya. Faktor kedua adalah faktor manusia yaitu perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah, kawasan kumuh di sepanjang sungai, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, dan sebagainya.

    Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai dijelaskan bahwa sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sampai sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Pasal 1 ayat (1)).  Terdapat sejumlah komponen yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah sungai (Meliala, 2014). Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam (Pasal 1 ayat (5)). Bangunan sungai adalah bangunan yang berfungsi untuk perlindungan, pengembangan, penggunaan, dan pengendalian sungai (Pasal 1 ayat (6)).  Saat ini, di bantaran Sungai Ciliwung telah berubah fungsinya dari sebagai ekosistem sungai menjadi wilayah permukiman akibat pembangunan ilegal di bantaran sungai. Perubahan fungsi lahan akibat pembangunan ilegal ini dapat mengakibatkan bencana seperti longsor dan banjir (Eni, 2007). Longsor pada bantaran sungai dapat meningkatkan resiko banjir sebab akan terjadi penyempitan dan pendangkalan pada badan sungai yang menyebabkan berkurangnya kapasitas sungai dalam menampung dan mengalirkan air. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan daerah aliran sungai sebagai acuan terhadap restorasi ekologi sebuah sungai. Salah satu upayanya adalah restorasi vegetasi sebab menurut Paimin et al., 2009 yaitu dengan keberadaan vegetasi pada bantaran sungai yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan aliran permukaan sebelum air mengalir ke sungai. Keberadaan vegetasi di bantaran sungai juga terbukti efektif untuk mengurangi resiko terjadinya banjir di negara Belanda atau negara-negara di Eropa lainnya. Ada sebanyak 13 sungai yang mengalir di Ibukota. Diantaranya terdapat Sungai Ciliwung yang termasuk kedalam sungai utama wilayah ibukota dan sungai lintas provinsi karena melewati Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta (Kurniasari, 2010). Terdapat beberapa jenis tanaman atau vegetasi yang tumbuh di sekitar bantara Sungai Ciliwung adalah pohon bambu, pisang, kapuk, gempol dan elo (Ficus racemosa).

    Salah satu tanaman yang sering dijumpai di bantaran sungai Ciliwung adalah tanaman elo (Ficus racemosa). Tanaman ini banyak terdapat di area tropis seperti Pakistan, India, Sri Langka, Nepal, Tiongkok Selatan, dan Barat Daya (Yunnan), Burma, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Australia Utara. Menurut Ulfah et al., 2015 sistem perakaran pohon Ficus racemosa bersifat istimewa  dan cocok tumbuh di daerah dataran rendah.  Di Indonesia, pohon ini terdapat di hutan tropis dan daerah-daerah yang lembab, seperti rawa, tepian sungai dan anak sungai pada ketinggian tempat yang bervariasi antara 100-1.700 meter diatas permukaan laut. Pohon ini memiliki karakteristik dengan tinggi mencapai kurang lebi 17 meter, diameter batang cukup besar yaitu lebih dari 50 sentimeter, pada batang utama dan cabang ditumbuhi oleh banyak buah elo sebesar bola bekel, pohon ini juga banyak dijumpai di pinggir sungai, celah-celah batu, bahkan di dinding tembok pohon ini mampu tumbuh dengan baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, persebaran tanaman ini dapat dikaitkan dengan hewan yang makan dan hinggap pada pohon tersebut seperti burung, kambing, kelelawar dan 

ular namun menurut warga sekitar, 35% lebih banyak mengatakan kelelawar. Akan tetapi hewan ini memiliki dampak positif dan negatif, dampak negatif yang disebabkan hewan ini adalah menurunnya jumlah buah elo namun dapat membantu penyebaran biji (Prasetyo et al., 2012). Habitat dari Ficus racemosa adalah di daerah yang dekat dengan sumber air (Trimanto, 2013).  Akar pohon Ficus adala akr tunggang yang kuat dan bercabang. Jika akar pohon ini sudah sampai ke permukaan tanah, maka akar pohon tersebut menjadi besar dan mengikat erat pada tanah atau batu. Ficus racemosa dapat menjadi tanaman alternatif untuk konservasi di sungai Ciliwung karena tanaman ini memiliki karakteristik akar yang kuat sehingga mampu menopang tanah di bantaran sungai agar tidak terjadi longsor pada bantaran sungai dan banjir. Keberadaan tumbuhan ini dapat membantu menjaga ketersediaan air dan menjanga kestabilan aliran mata air (Trimanto, 2013). Selain itu jenis tumbuhan ini mampu mengkonservasi sumber air tanah karena memiliki akar serabut yang mampu mencegah erosi dan mengikat tanah, akarnya yang menyebar secara luas dapat menyerap air lebih banyak lagi di dalam tanah (Sofiah & Fiqa 2014).

Namun berdasarkan hasil penelitian tentang indeks nilai penting (INP) terhadap beberapa jenis vegetasi yang terdapat di bantaran sungai Ciliwung, nilai INP keseluruhan tanaman Ficus racemosa tidaklah tinggi dan nilai INP tertinggi adalah tanaman Bambu sebab tanaman ini dinilai lebih efektif dan memiliki waktu tumbuh yang lebih cepat dibandingkan tanaman Ficus. Menurut Hingmadi, 2012 bambu termasuk dalam kategori jenis rerumputan yang tumbuh secara merumpun dan dapat tumbuh secara alami pada konsisi bekas belukar dan perladangan. Tumbuhan ini juga memiliki sistem pengakaran yang dapat menghasilkan rumpun yang rapat sehingga dapat mencegah terjadinya erosi tanah. Selain itu terdapat tanaman pisang yang memiliki nilai INP yang cukup tinggi juga. Menurut BPPKP, 2012 pisang memiliki manfaat sebangai tanaman penghijau dan konservasi lahan dikarenakan pisang berkemampuan bauk dalam menahan air. Tanaman pisang juga dapat mereklamasi lahan karena didukung oleh morfologi tanaman ini yang memiliki batang sukulen dan pengakaran yang mampu menahan air (Deptan, 2005). Terdapat juga pohon krisan atau masyarakat biasa menyebutnya buah ceri yang merupakan salah satu spesies yang sering ditemukan di bantaran sungai Ciliwung karena bersifat sangat mudah untuk tumbuh dan tidak memerlukan penanaman khusus (Rosandari et al.). Dengan melakukan kombinasi jenis-jenis vegetasi yang berperan sebagai konservasi dapat menjadi solusi untuk konservasi sungai Ciliwung dan dapat mengurangi resiko terjadinya longsor dan banjir.


Referensi:

Zahara, Puteri, Nita Noriko , Arief Pambudi. 2016. ANALISIS VEGETASI Ficus Racemosa L. DI BANTARAN SUNGAI CILIWUNG WILAYAH PANGADEGAN JAKARTA SELATAN. Program Studi Bioteknologi (Biologi) Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Al Azhar, Indonesia.

https://www.suara.com/news/2020/01/13/105012/melihat-data-penanganan-banjir-dari-tahun-ke-tahun   

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/24/wilayah-terdampak-banjir-dki-jakarta-akhir-februari-2020  

https://www.greeners.co/flora-fauna/ara-pohon-pinggiran-sungai-yang-banyak-manfaat/

Jongman, Rob H. G. 1992. Vegetation, river management and land use in the dutch rhine floodplains. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENCEMARAN AIR SUNGAI CILIWUNG SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB BANJIR DI DKI JAKARTA

Air Sungai Cisadane di Kota Tangerang Tercemar??

PENCEMARAN AIR LAUT OLEH TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) BESERTA PENANGGULANGANNYA