ANALISA MANFAAT SUMBER DAYA AIR PADA SUB DAS LUBUK PARAKU, SUMATERA BARAT

Syahda Arquette Sedana – 1806231973

Mahasiswa S1 Departemen Geografi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia

 

Indonesia termasuk negara tropis yang mempunyai curah hujan sangat bervariasi, yaitu berkisar dari 700 mm sampai 7000 mm/tahun. Curah hujan rata-rata adalah sekitar 2180 mm/tahun, sedang curah hujan yang efektif hanya 1400 mm/tahun (Effendi, 1996). Ketersediaan air di Indonesia berdasarkan curah hujan tersebut adalah maksimal sebesar 2.279 milyar m³/tahun. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup penduduk, maka diperkirakan indeks ketersediaan air akan turun. Salah satu sumber daya air yang dapat dimanfatkan berasal dari DAS. Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui fungsi hidrologinya mempunyai peranan yang besar dalam menjaga ketersediaan air yang dibutuhkan oleh penghuni DAS maupun yang lebih luas. Di sisi lain, banyak hal yang dapat mempengaruhi kelestarian fungsi hidrologi DAS seperti aktifitas manusia dan perubahan iklim.

Air adalah salah satu penopang utama (potensi) dalam kehidupan makhluk di bumi. Tanpa air niscaya tidak ada kehidupan di planet bumi, bahkan mungkin tanpa siklus air tidak akan terjadi pula lima siklus biogeokimia yang lainnya di planet bumi ini (seperti : siklus karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus sulfur dan siklus oksigen). Air merupakan sumber daya yang berasal dari alam (SDA) yang bersifat kekal (eternal resources). Makna kekekalan sumber daya air di bumi, adalah kekal dalam kuantitas (volume), namun tidak kekal dalam eksistensi pada setiap komponen hidrologisnya. Dalam siklus hidrologi, eksistensi air yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, kebanyakan hanya air yang dalam kondisi tawar (fresh water).

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley (1980) menyebut DAS sebagai “A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of connecting streams such that all stream flow originating in the area discharged through a single outlet”. Konsep ini menunjukan adanya daur hidrologi DAS dimana dapat menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran. (Lihat Gambar 1)

Gambar 1. Daur Hidrologi DAS (Sumber : Hidrologi dan Pengelolaan DAS, (Chay Asdak, 2002))

Dalam mempelajari ekosistem DAS dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi dan DAS bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.

Sub DAS Lubuk Paraku terletak di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan dan berjarak sekitar 25 km ke arah timur pusat Kota Padang. Kawasan Sub DAS Lubuk Paraku mempunyai kemiringan lereng dari landai (8-16%) sampai sangat curam (> 40%) dengan topografi dominan berbukit. Sub DAS Lubuk Paraku mempunyai sungai utama, yaitu Sungai Lubuk Paraku dengan panjang 10,29 km dan merupakan sungai terbesar kedua dalam DAS Batang Arau dengan debit tahunan yang besar. Kawasan lindung pada daerah hulu Sub DAS Lubuk Paraku merupakan kawasan resapan air tanah Kota Padang yang keberadaannya sangat penting sebagai buffer zone kawasan konservasi. Selain itu, vegetasi kawasan ini juga berfungsi sebagai penyerap polusi pabrik dan kendaraan yang mulai mencemari udara Kota Padang (BPDAS, 2011). Aliran Sungai Lubuk Paraku merupakan sumber air untuk berbagai kebutuhan masyarakat yang ada di sepanjang daerah yang dialiri air sungai ini. Vegetasi di Sub DAS Lubuk Paraku didominasi oleh hutan sekunder dan hutan primer. Sebagian kecil lahan dikonversi oleh masyarakat menjadi pemukiman, sawah dan pertanian lahan kering seperti kebun campuran, ladang dan tegalan. (Lihat Gambar 2). Pola aliran Sub DAS Lubuk Paraku mirip dengan pola bulu burung yang artinya air yang mengalir dari anak-anak sungai masuk ke sungai utama, namun debit banjirnya kecil karena waktu datangnya aliran dari anak sungai berbeda-beda (BPDAS Agam Kuantan 2011).

Gambar 2. Peta tutupan lahan Sub DAS Lubuk Paraku (Map of land cover Lubuk Paraku sub watershed)

            Tutupan lahan diatas menjelaskan bahwa wilayah tersebut didominasi oleh kawasan hutan yang mengakibatkan air hujan di daerah tersebut lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Hal tersebut menyebabkan wilayah sub DAS Lubuk Paraku menjadi salah satu sumber utama daerah tangkapan air di Kota Padang. Pada dasarnya air sungai berasal dari sumber-sumber mata air yang bergabung dan aliran dasar air tanah, maupun yang langsung dari air hujan berupa limpasan air yang tidak meresap ke dalam sistem air tanah. Kontak langsung air sungai ini dengan permukaan tanah menyebabkan sungai-sungai menjadi sangat rawan terhadap pencemaran, terutama pada daerah yang sudah terbangun seperti kota atau kawasan berpenduduk padat, bahkan pada daerah pertanian yang intensif. Sumber daya Sub DAS Lubuk Paraku memiliki bentuk manfaat bagi daerah disekitar diantaranya sektor rumah tangga, sektor pertanian, sektor PLTA dan sektor industri.

            Berdasarkan pemanfaatan sumber air sub DAS terbagi menjadi 4 sektor. Sektor rumah tangga digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum, memasak, dan  MCK. Dalam sektor pertanian, debit air rata-rata untuk pertanian yaitu sebanyak 0,4 m³ /detik atau 400 liter/detik. Kebutuhan ini digunakan untuk areal irigasi sawah Kota Padang. Ditinjau dari sektor PLTA, sumber air diambil dari pertemuan Sungai Lubuk Paraku dan Air Baling dengan membelokkan sekitar 50% aliran sungai ke dalam kanal, lalu dialirkan melalui kanal sepanjang ±1 km ke gardu PLTA. Dengan efisiensi turbin 85%. Konsumsi air PLTA Rasak Bungo tahun 2011 adalah 4.037.925 m³ /bulan atau 48.455.100 m³/tahun.  Dilihat dari sektor industri, penggunaan air proses dan air minum oleh PT Semen Padang tahun 2011 adalah sebesar 6.481.247 /tahun. Sumber air yang digunakan PT Semen Padang seluruhnya berasal dari Sungai Lubuk Paraku dan Air Baling, lalu dialirkan melalui kanal dan pipa sejauh 2 km.

 

Referensi

[1]. Effendi, E., 2008. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air, Bappenas.

[2].  Adi, S., 2009. Pemanfaatan Dan Konservasi Sumber Air Dalam Keadaan Darurat. Jurnal Air Indonesia5(1).

[3].  Dahlan, E.N., Rebecca, P. and Rusdiana, O., 2014. Pemanfaatan Sumber Daya Air di Sub DAS Lubuk Paraku Sumatera Barat. Media Konservasi19(1).

[4].  Tanika, L., Rahayu, S., Khasanah, N. and Dewi, S., 2016. Fungsi Hidrologi pada Daerah Aliran Sungai (DAS): Pemahaman, Pemantauan, dan Evaluasi. Bahan Ajar4.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENCEMARAN AIR SUNGAI CILIWUNG SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB BANJIR DI DKI JAKARTA

Air Sungai Cisadane di Kota Tangerang Tercemar??

PENCEMARAN AIR LAUT OLEH TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) BESERTA PENANGGULANGANNYA