Dampak Aktivitas Manusia Terhadap SDA di DAS Bengawan Solo
Penulis: Adyaksa Grahito Bagas Pamungkas
(sumber: pojokpitu.com)
Sumber
daya air (SDA) merupakan sumber daya yang mengalir dan tidak mengenal batas
administrasi. Kebutuhan akan air sangat bergantung pada waktu, ruang, jumlah,
dan mutu dari sumber daya air itu sendiri. Di Indonesia sumber daya air sangat
melimpah meskipun distribusi air menurut ruang dan waktu tidak selalu sama di
setiap daerah. Di Pulau Jawa terdapat berbagai sungai dan salah satu yang
terbesar adalah Sungai Bengawan Solo. Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo
memiliki luas 16.000 Km2 dengan panjang aliran sungai sekitar 600 Km
yang hulunya berada di Pegunungan Seribu di sebelah barat-selatan Kota
Surakarta dan hilirnya berada di daerah Kabupaten Gresik. [1]
Sungai
Bengawan Solo dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dalam sosial, budaya, dan
ekonomi. Sebagai contoh pemanfatan yang dilakukan seperti pengairan irigasi
pertanian, kebutuhan industri, air baku, dan lain sebagainya. Banyak hal yang
dapat dimanfaatkan dari sungai tersebut namun dari banyak manfaat tersebut disisi
lain juga terdapat beberapa kerugian yang ditimbulkan.
Seiring
berjalanannya waktu kualitas dari sumber daya air semakin menurun hal tersebut
dikarenakan tingginya kerentanan akan zat pencemar dan mudahnya terpengaruh
oleh perubahan iklim Sungai Bengawan Solo. Tingginya pencemaran pada sungai
tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti menurunnya kondisi hutan yang
merupakan salah satu sumber daya lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem,
kerusakan DAS, erosi dan degradasi sungai, lemahnya penegakan hukum, rendahnya
kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan, dan lain sebagainya yang
disebabkan oleh aktivitas manusia yang melakukan ekspoilatasi besar-besaran dan
tidak memikirkan dampak lingkungan.
Di
tahun 2005 terdapat indikasi bahwa Bengawan Solo di daerah Solo-Sragen dan
sekitarnya telah tercemar kandungan logam berat seperti Cr, Cu, dan Zn dan di
beberapa tempat ditemui pula kandungan logam berat Cr, Cu, Pb dan Zn pada ikan
sapu-sapu.Bobot pencemaran tergolong dalam kualitas air buruk antara lain oksigen
rendah (beberapa lokasi kurang dari 2 mg/L, karbon dioksida tinggi (8,8-34,32
mg/L), NH3-N bebas tinggi (beberapa lokasi lebih dari 0,2 mg/L), COD tinggi
(1,64-172 mg/L), fenol tinggi (0,087-1,431 mg/L), minyak lemak tinggi (2,6-54,6
mg/L). Konsentrasi logam bobot pada beberapa lokasi yaitu Kampung Sewu, Bak
Kramat, dan Tundungan cukup tinggi yaitu Cr= 0,180-0,375 mg/L, Cu=0,026-0,293
mg/L, dan Zn=0,515-2,892 mg/L. Demikian juga kandungan logam bobot pada ikan
sapu-sapu (Liposarcus pardalis) cukup tinggi pada beberapa lokasi Kampung Sewu,
Tundungan, Bak Kramat, dan Butuh; Cr=0,856-2,154 mg/kg, Cu=3, 69-198,48 mg/kg,
Pb=1,067-2,006 mg/kg, dan Zn=53,516-102,285 mg/kg.[1]
(sumber: news.detik.com)
Pencemaran
masih tetap ada setiap tahunnya dan dikutip dari Medcom.id pencemaran Sungai
Bengawan Solo di akhir tahun 2019 merupakan yang terparah bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, sebanyak 27 persen aliran sungai Bengawan Solo
mengalami pencemaran berat serta sisanya pencemaran ringan dan sebagian tidak
tercemar.[2] Pencemaran disebabkan oleh limbah buangan pabrik-pabrik industri,
air sungai di Kota Solo tercemar oleh alkhol yang diduga dari limbah industri
etanol di Sukoharjo. Sedangkan di Kabupaten Blora yang dikutip dari Media
Indonesia “Aroma tidak sedap menyeruak ketika semakin dekat, berbagai jenis
ikan terlihat mati mengambang dan ada rasa gatal di kulit saat mencoba
membasahi tangan” dan ditemukannya bangkai ikan yang mati karena keracunan.[3]
(sumber:
Tirto.id)
Maka
dari itu dibutuhkannya peranan dari partisipan (masyakarat) dan beberapa pihak
yang terkait untuk berperan aktif serta berkontribusi dan berkoordinasi dalam
pengelolaan DAS Bengawan Solo yang lebih baik kedapannya. Hal tersebut dapat
dilakukan beberapa strategi konservasi SDA yang telah dicanangkan oleh BBWS
Bengawan Solo yang meliputi beberapa kegiatan untuk dilakukan seperti
rehabilitasi dan perlindungan hutan, penghijauan dilahan kritis milik
masyarakat dan warga, peningkatan pemanfaatan air permukaan dengan cara
pengendalian, penyadapan, peningkatan kapasistas, dan pengolahan tanah minimum air
permukaan, pengelolaan kali bersih, dan peningkatan kesadaran masyarakat.
Referensi
[1] Utomo, A. D., dkk. 2010. Pencemaran di
Sungai Begawan Solo antara Solo dan Sragen, Jawa Tengah. Palembang: Balai Riset
Perikanan Perairan Umum.
[2]
Kurniat, Pythag. 2019. Pencemaran Bengawan Solo Tahun 2019 Terparah. https://www.medcom.id/nasional/daerah/nbwQ5XBK-pencemaran-bengawan-solo-tahun-2019-terparah
diakses 29 Mei 2020.
[3]
Safuan, Akhmad. 2019. Pencemaran Parah Sungai Bengawan Solo Kian Parah. https://mediaindonesia.com/read/detail/274823-pencemaran-parah-sungai-bengawan-solo-kian-parah
diakses 29 Mei 2020.
Lastiantoro,
C. Y. & Cahyono, S. A. 2015. Analisis Peran Para Pihak dalam Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Hulu di Kabuparen Wonogiri, Jawa Tengah. BLI
KLHK, Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan.
Author.
2010. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo. Solo:
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.
Effendie,
H. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
BalasHapusmari gabung bersama kami di Aj0QQ*co
BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup.